Bagaimana Konsep Pendidikan Anak

KONSEP PENDIDIKAN ANAK   A.     Pengertian Pendidikan Anak Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term a l ...

Kamis, 11 Maret 2021

Guru Hebat Aa Gym adalah orang yang cacat dan lumpuh.

   Guru  Hebat Aa Gym adalah Orang yang Cacat dan Lumpuh

            Guru pertama kali bagi Aa Gym adalah adiknya sendiri yang mengalami lumpuh sejak kecil. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Aa Gym kembali ke rumah orang tuanya dan sekamar dengan adik ketiganya. Adik Aa Gym ini bernama Agung Gun Martin. Lahir tanggal 10 Maret 1966 dalam keadaan normal. Namun, lambat laun tubuhnya semakin melemah, bahkan menjadi lumpuh.[1]

    Sewaktu kecil adiknya diambil sum-sum tulang belakang. Sejak itu, adiknya mulai sering sakit, yang menurut istilah dokter disebut progresif. Upaya penyembuhan dilakukan dengan berbagai cara dan sangat menguras biaya, waktu, dan tenaga. Walaupun demikian, orang tuanya sangat bersungguh-sungguh sehingga bisa dipahami jika perekonomian keluarga tidak begitu melimpah.[2]

    Pada waktu SMA tubuh adiknya mulai kaku.Tetapi, adiknya tetap berjuang menyelesai-kan sekolahnya sehingga diterima kuliah di Fakultas Ekonomi Unpad. Walaupun untuk kuliah saja harus menggendongnya secara bergiliran.[3]

    Sosok Agung Gun Martin sangat berpengaruh bagi kehidupan Dai kondang yang pernah mengisi indahnya kebersamaan di salah satu stasiun televisi.“ Saya dapat pelajaran membuka hati dari adik laki-laki saya yang lumpuh seluruh tubuhnya dalam menghadapi maut,” tutur Aa Gym seperti yang dikutip harian Republika (07/05/2000). Aa Gym tidak bisa melupakan saat-saat bersama adiknya yang mengalami kelumpuhan total. Suatu saat, Aa Gym pernah bertanya kepada adiknya, “Mengapa sudah tidak berdaya masih terus kuliyah.” Adiknya menjawab, “Kalau orang lain ibadahnya bisa berjuang, mudah-mudahan keinginan saya untuk terus kuliyah bisa menjadi ibadah.”[4]

    Menurut adiknya belajar adalah ibadah, karena adiknya merasa apakah masih ada umur atau tidak untuk menyelesaikan kuliahnya. Akan tetapi, adiknya berusaha sekuat tenaga sebagai wujud rasa syukur pada Allah.[5]

    Pelajaran lain yang diperoleh dari adiknya adalah tidak pernah mengeluh. Aa Gym sangat ingat bagaimana adiknya berkata, “Kalau orang lain punya bekal untuk pulang dengan berbuat sesuatu, saya ingin mengumpulkan bekal dengan sabar.”[6]

    Tinggal sekamar dengan adiknya yang lumpuh itu, membuat mata hati Aa Gym semakin terbuka untuk menyadari kekurangan diri. Walau sudah lumpuh separuh badan, adiknya tetap berusaha untuk shalat malam (tahajjud). Sementara Aa Gym yang masih tegap dan kuat lebih menyukai tidur pulas. Setiap memiliki uang adiknya lebih menyukai untuk menyedekahkan. Adiknya seperti yang tidak takut miskin. Sementara Aa Gym lebih suka mengumpulkannya untuk modal. Senyum, keramahan, kesabaran, serta kegigihan membuat semua prestasi yang diraihnya terasa tidak berarti.[7]

    Disinilah, Aa Gym seperti menjumpai kehidupan yang lain daripada yang lain. dibalik segala kelemahannya sebagai manusia, Aa Gym melihat adiknya itu sebagai orang hebat. Di antara semua keluarga, adiknya yang cacat itu paling shaleh.Pemahaman agamanya terbaik diantara keluarganya. Dan yang paling mengherankan Aa Gym, adiknya memiliki keahlian berbicara yang baik.[8]

    Aa Gym bisa mengetahui sumber kekuatan dari adiknya ini sesudah Agung menasehatinya “Aa, sehebat apapun Aa memiliki apa saja, ada satu hal yang tidak akan pernah Aa memiliki yaitu ketenangan batin bila Aa tidak mengenal dan bersungguh-sungguh taat kepada Allah. Dan sehebat apapun prestasi Aa, tidak akan mencapai kemuliaan hakiki, sebelum Aa mengenal dan bersungguh-sungguh meniru akhlak Nabi Muhammad SAW”. Nasehat sederhana, namun, jadi pembakar semangat dalam menuntut ilmu dan memperbaiki diri.[9]

    Adiknya adalah guru Aa Gym yang pertama. Guru pertama Aa Gym ini adalah seorang yang cacat, yang lumpuh, yang matanya juling, yang telinganya hampir tuli, yang tidak bergerak,: ”Lalu bagaimana mungkin saya meremehkan orang lain bila guru saya sendiri lebih muda dari saya dan seorang yang tidak berdaya? Ini merupakan pelajaran yang teramat berharga dari Allah,” demikian kata Aa Gym.[10]

    Dari pengalaman berinteraksi dengan adiknya yang merupakan guru pertamanya, Aa Gym kemudian bertekad mencari guru-guru yang lain. diantara guru-guru yang telah memberikan bimbingan kepadanya dalam ilmu agama adalah KH. Djunaidi, KH. Choer Effendi, dan KH. Tasdikin. Aa Gym juga banyak menimba ilmu dengan istri tercintanya, Teh Nini.[11]

    Dalam lingkungan keluarga, Aa Gym tampak berusaha menciptakan suasana yang harmonis agar istri serta anak-anaknya dapat mengoreksi dirinya, seminggu sekali biasanya mengumpulkan seluruh anggota keluarganya dan diminta “menilai” dirinya. Kebiasaan positif semacam ini harus di pupuk agar membuat dirinya tidak anti kritik.“Saya mencoba membuat diri saya terbuka, karena diri saya membutuhkan kritik untuk memperbaiki diri saya,” ungkapnya dalam suatu wawancara.[12]

    Aa Gym berusaha proses penelitian dirinya juga dilakukan kepada kalangan santri, dan tetangga yang sehari-hari dekat dengan kehidupannya. Semua diminta agar terus-menerus mengoreksi dirinya sehingga dapat menerima kritikan tanpa kedongkolan atau kejengkelan, maka perkembangan kemampuan dirinya akan semakin membaik hari ke hari. Inilah, akar-akar kultural yang memberikan pengaruh fundamental dan bisa tampil menjadi sosok Kyai masa depan yang bersifat terbuka dan moderat seperti sekarang ini.[13]

    Latar belakang pendidikan Aa Gym, apabila dikaitkan dengan posisinya sekarang, kelihatan sangat unik. Diawali di SD Sukarasa III Bandung, SMP 12 Bandung, kemudian dilanjutkan kuliah selama setahun di pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Unpad, terakhir, di Akademik Teknik Jendral Ahmad Yani (sekarang Universitas Jendral Ahmad Yani). Sejak 1990, Aa Gym diamanahkan oleh jamaahnya sebagai ketua yayasan Daarut Tauhid Bandung. Dari sini terlihat, sosok Aa Gym sebenarnya tidak dibesarkan atau dididik di lingkungan pesantren yang ketat terutama pesantren tradisional.


[1] Abdullah Gymnastiar, op. cit. hal. 22

[2] Ibid. hal. 22

[3] Ibid. hal. 22

[4] Hernowo & M. Deden Ridwan (ed),op.cit.,hal. 20-21.

[5] Abdullah Gymnastiar,  op. cit., hlm. 22.

[6] Hernowo & M. Deden Ridwan (ed), op. cit.,hal. 21.

[7] Ibid., hal. 22-24.

[8] Badriatul Roziqin, op. cit., hal. 9-10.

[9] Abdullah Gymnastiar, op. cit., hal. 24.

[10] Badriatul Roziqin, op. cit., hal. 10

[11] Ibid., hal. 10

[12] Badriatul Roziqin, op. cit., hal. 22

[13] Ibid., hal 22

Profil Aa Gym

Aa Gym, panggilan akrab KH. Abdullah Gymnastiar. Lahir di Bandung pada tanggal 29 Januari 1962 dari pasangan Letkol H. Engkus Kuswara dan Hj. Yeti Rohayati. Dididik dan dibesarkan dalam sebuah keluarga yang religius dan disiplin tinggi.[1]Aa Gym kecil didik oleh tiga orang yang memberi pengaruh dalam kepribadiannya.Pertama ibunya yang mempunyai kepribadian sholehah. Kedua bapaknya yang mempunyai kepribadian disiplin karena beliau sebagai seorang guru olah raga yang pada akhirnya menjadi seorang perwira. Ketiga neneknya yang mempunyai kepribadian gigih.[2]

    Pendidikan formal dimulai pada Sekolah Dasar Sukakarsa 3, disekolah ini bakat Aa Gym dalam berdagang dan kemimpinan mulai terasah.[3] Beliau termasuk murid yang cerdas, hal ini dapat dibuktikan dengan peraihan rangking terbaik kedua di sekolahnya. Selain sekolah Aa Gym juga aktif di kegiatan Ekstra seperti pramuka, seni, dan lain-lain. Dalam kepemimpinan sejak sekolah dasar Aa Gym sudah sering ditunjuk sebagai ketua kelas.

    Selapas Sekolah Dasar Aa Gym melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung. Disekolah ini beliau lulus dengan predikat siswa terbaik untuk kemudian dapat melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandung. Sekolah ini termasuk SMA paforit di Bandung. Setelah menamatkan sekolah menengah atas beliau pernah kuliah di Universitas Padjadjaran namun tidak selesai, karena lebih menyibukkan diri ke bisnis.

    Sebagai putra seorang tentara, Aa Gym pernah diamanahkan menjadi Komandan Resimen Mahasiswa (Menwa) Akademik Teknik Jendral Ahmad Yani, Bandung. “Di sini, kepanduan namanya. Disiplin tidak harus berbentuk militerisasi, memberantas kekerasan tanpa kekerasan. Tidak ada kekuatan tanpa disiplin, “kata Aa Gym seperti dikutip harian Kompas(22/06/2000).Ternyata, kekuatan semacam itulah yang membuat dirinya dan adik-adiknya memiliki rasa percaya diri, mampu hidup prihatin, pantang menyerah, dan kental rasa kesetiakawanan.[4]

    Nama asli Aa Gym adalah Yan Gymnastiar. Pada tahun 1987 saat naik haji, Imam Masjidil Haram menambahkan nama Abdullah. Aa Gym bertambah senang karena namanya lebih Islami katanya.[5]

    Aa Gym menikah dengan Ninih Muthmainnah Muhsin, cucu KH. Muhammad Tasdiqin, tepat dua belas tahun Rabiul Awal tahun 1987. Pernikahannya dilaksanakan di pesantren Kalang Sari, Cijulang, dihadiri banyak ulama karena berada di lingkungan pesantren.[6] Dari pernikahannya, Aa Gym dikaruniai tujuh orang anak: yaitu Ghaida Tsyuraya, Muhammad Ghazi al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fatimah, Ghaza Muhammad Ghazali, dan Gheriya Rahima. Selain itu Aa Gym juga mempunyai 25 anak angkat yang menjadi anak asuh di keluarganya.

    Akhir tahun 2006, ada pengakuan langsung dari Aa Gym. Menjawab gosip yang beberapa minggu ramai di televisi. Aa Gym telah menikah lagi.Wanita yang dinikahinya adalah Alfarini Eridani (37 tahun). Janda beranak tiga yang juga keponakan mantan Presiden RI, B.J. Habibie.Teh Ninik pun telah mengiyakan pernikahan tersebut.[7]Dan dari pernikahannya yang kedua lahirlah seorang anak, yaitu Muhammad Ghaisan Driyya Addien.


[1] Badiatul Roziqin, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), Cet. 2, hal. 835

[2] Abdullah Gymnastiar, Aa Gym Apa Adanya, Sebuah Qolbugrafi, (MQS Publising, 2006) hal. 2-9

[3] Ibid, hal 12

[4] Hernowo & M. Deden Ridwan (ed), Aa Gym dan Fenomena Daruut tauhid, (Bandung: Mizan Pustaka, 2004), cet. 8, hal. 20.

[5] Badiatul Roziqin, op. cit. Hal. 85

[6] Abdullah Gymnastiar,op. cit. hal. 38

[7] Badiatul Roziqin, op. cit. Hal. 12

Sumber

Roziqin, Badiatul. 2009. 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia. Yogyakarta: e-Nusantara. Cet. 2.

 

Gymnastiar, Abdullah. 2006. Aa Gym Apa Adanya, Sebuah Qolbugrafi. MQS Publising, 2006.

 

Hernowo & M. Deden Ridwan (ed). 2004. Aa Gym dan Fenomena Daruut tauhid. Bandung: Mizan Pustaka. cet. 8.

 

Sholehuddin, Sugeng. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. Pekalongan: Janary Gama Media.