Guru Hebat Aa Gym adalah Orang yang Cacat dan Lumpuh
Guru pertama kali bagi Aa Gym adalah adiknya sendiri yang mengalami lumpuh sejak kecil. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Aa Gym kembali ke rumah orang tuanya dan sekamar dengan adik ketiganya. Adik Aa Gym ini bernama Agung Gun Martin. Lahir tanggal 10 Maret 1966 dalam keadaan normal. Namun, lambat laun tubuhnya semakin melemah, bahkan menjadi lumpuh.[1]
Sewaktu kecil
adiknya diambil sum-sum tulang belakang. Sejak itu, adiknya mulai sering sakit,
yang menurut istilah dokter disebut progresif. Upaya penyembuhan dilakukan
dengan berbagai cara dan sangat menguras biaya, waktu, dan tenaga. Walaupun
demikian, orang tuanya sangat bersungguh-sungguh sehingga bisa dipahami jika
perekonomian keluarga tidak begitu melimpah.[2]
Pada waktu SMA
tubuh adiknya mulai kaku.Tetapi, adiknya tetap berjuang menyelesai-kan
sekolahnya sehingga diterima kuliah di Fakultas Ekonomi Unpad. Walaupun untuk
kuliah saja harus menggendongnya secara bergiliran.[3]
Sosok Agung Gun
Martin sangat berpengaruh bagi kehidupan Dai kondang yang pernah mengisi
indahnya kebersamaan di salah satu stasiun televisi.“ Saya dapat pelajaran
membuka hati dari adik laki-laki saya yang lumpuh seluruh tubuhnya dalam
menghadapi maut,” tutur Aa Gym seperti yang dikutip harian Republika (07/05/2000).
Aa Gym tidak bisa melupakan saat-saat bersama adiknya yang mengalami kelumpuhan
total. Suatu saat, Aa Gym pernah bertanya kepada adiknya, “Mengapa sudah
tidak berdaya masih terus kuliyah.” Adiknya menjawab, “Kalau orang lain
ibadahnya bisa berjuang, mudah-mudahan keinginan saya untuk terus kuliyah bisa
menjadi ibadah.”[4]
Menurut adiknya
belajar adalah ibadah, karena adiknya merasa apakah masih ada umur atau tidak
untuk menyelesaikan kuliahnya. Akan tetapi, adiknya berusaha sekuat tenaga
sebagai wujud rasa syukur pada Allah.[5]
Pelajaran lain yang
diperoleh dari adiknya adalah tidak pernah mengeluh. Aa Gym sangat ingat
bagaimana adiknya berkata, “Kalau orang lain punya bekal untuk pulang dengan
berbuat sesuatu, saya ingin mengumpulkan bekal dengan sabar.”[6]
Tinggal sekamar
dengan adiknya yang lumpuh itu, membuat mata hati Aa Gym semakin terbuka untuk
menyadari kekurangan diri. Walau sudah lumpuh separuh badan, adiknya tetap
berusaha untuk shalat malam (tahajjud). Sementara Aa Gym yang masih tegap dan
kuat lebih menyukai tidur pulas. Setiap memiliki uang adiknya lebih menyukai
untuk menyedekahkan. Adiknya seperti yang tidak takut miskin. Sementara Aa Gym
lebih suka mengumpulkannya untuk modal. Senyum, keramahan, kesabaran, serta
kegigihan membuat semua prestasi yang diraihnya terasa tidak berarti.[7]
Disinilah, Aa Gym
seperti menjumpai kehidupan yang lain daripada yang lain. dibalik segala
kelemahannya sebagai manusia, Aa Gym melihat adiknya itu sebagai orang hebat.
Di antara semua keluarga, adiknya yang cacat itu paling shaleh.Pemahaman
agamanya terbaik diantara keluarganya. Dan yang paling mengherankan Aa Gym,
adiknya memiliki keahlian berbicara yang baik.[8]
Aa Gym bisa
mengetahui sumber kekuatan dari adiknya ini sesudah Agung menasehatinya “Aa,
sehebat apapun Aa memiliki apa saja, ada satu hal yang tidak akan pernah Aa
memiliki yaitu ketenangan batin bila Aa tidak mengenal dan bersungguh-sungguh
taat kepada Allah. Dan sehebat apapun prestasi Aa, tidak akan mencapai kemuliaan
hakiki, sebelum Aa mengenal dan bersungguh-sungguh meniru akhlak Nabi Muhammad
SAW”. Nasehat sederhana, namun, jadi pembakar
semangat dalam menuntut ilmu dan memperbaiki diri.[9]
Adiknya adalah guru
Aa Gym yang pertama. Guru pertama Aa Gym ini adalah seorang yang cacat, yang
lumpuh, yang matanya juling, yang telinganya hampir tuli, yang tidak bergerak,:
”Lalu bagaimana mungkin saya meremehkan orang lain bila guru saya sendiri
lebih muda dari saya dan seorang yang tidak berdaya? Ini merupakan pelajaran
yang teramat berharga dari Allah,” demikian kata Aa Gym.[10]
Dari pengalaman
berinteraksi dengan adiknya yang merupakan guru pertamanya, Aa Gym kemudian
bertekad mencari guru-guru yang lain. diantara guru-guru yang telah memberikan
bimbingan kepadanya dalam ilmu agama adalah KH. Djunaidi, KH. Choer Effendi,
dan KH. Tasdikin. Aa Gym juga banyak menimba ilmu dengan istri tercintanya, Teh
Nini.[11]
Dalam lingkungan
keluarga, Aa Gym tampak berusaha menciptakan suasana yang harmonis agar istri
serta anak-anaknya dapat mengoreksi dirinya, seminggu sekali biasanya
mengumpulkan seluruh anggota keluarganya dan diminta “menilai” dirinya.
Kebiasaan positif semacam ini harus di pupuk agar membuat dirinya tidak anti
kritik.“Saya mencoba membuat diri saya terbuka, karena diri saya membutuhkan
kritik untuk memperbaiki diri saya,” ungkapnya dalam suatu wawancara.[12]
Aa Gym berusaha
proses penelitian dirinya juga dilakukan kepada kalangan santri, dan tetangga
yang sehari-hari dekat dengan kehidupannya. Semua diminta agar terus-menerus
mengoreksi dirinya sehingga dapat menerima kritikan tanpa kedongkolan atau
kejengkelan, maka perkembangan kemampuan dirinya akan semakin membaik hari ke
hari. Inilah, akar-akar kultural yang memberikan pengaruh fundamental dan bisa tampil
menjadi sosok Kyai masa depan yang bersifat terbuka dan moderat seperti
sekarang ini.[13]
[1] Abdullah Gymnastiar, op. cit. hal. 22
[2] Ibid. hal. 22
[3] Ibid. hal. 22
[4] Hernowo
& M. Deden Ridwan (ed),op.cit.,hal. 20-21.
[5] Abdullah
Gymnastiar, op. cit., hlm.
22.
[6] Hernowo
& M. Deden Ridwan (ed), op. cit.,hal.
21.
[7] Ibid., hal.
22-24.
[8] Badriatul
Roziqin, op. cit., hal. 9-10.
[9] Abdullah
Gymnastiar, op. cit., hal. 24.
[10] Badriatul
Roziqin, op. cit., hal. 10
[11] Ibid., hal. 10
[12] Badriatul Roziqin, op.
cit., hal. 22
[13] Ibid., hal 22
Profil Aa Gym
Aa Gym, panggilan akrab KH. Abdullah Gymnastiar. Lahir di
Bandung pada tanggal 29 Januari 1962 dari pasangan Letkol H. Engkus Kuswara dan
Hj. Yeti Rohayati. Dididik dan dibesarkan dalam sebuah keluarga yang religius
dan disiplin tinggi.[1]Aa Gym kecil didik oleh
tiga orang yang memberi pengaruh dalam kepribadiannya.Pertama ibunya yang
mempunyai kepribadian sholehah. Kedua bapaknya yang mempunyai kepribadian
disiplin karena beliau sebagai seorang guru olah raga yang pada akhirnya
menjadi seorang perwira. Ketiga neneknya yang mempunyai kepribadian gigih.[2]
Pendidikan formal
dimulai pada Sekolah Dasar Sukakarsa 3, disekolah ini bakat Aa Gym dalam berdagang
dan kemimpinan mulai terasah.[3] Beliau termasuk
murid yang cerdas, hal ini dapat dibuktikan dengan peraihan rangking terbaik
kedua di sekolahnya. Selain sekolah Aa Gym juga aktif di kegiatan Ekstra
seperti pramuka, seni, dan lain-lain. Dalam kepemimpinan sejak sekolah dasar Aa
Gym sudah sering ditunjuk sebagai ketua kelas.
Selapas Sekolah
Dasar Aa Gym melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung.
Disekolah ini beliau lulus dengan predikat siswa terbaik untuk kemudian dapat
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandung. Sekolah ini termasuk SMA
paforit di Bandung. Setelah menamatkan sekolah menengah atas beliau pernah
kuliah di Universitas Padjadjaran namun tidak selesai, karena lebih menyibukkan
diri ke bisnis.
Sebagai putra
seorang tentara, Aa Gym pernah diamanahkan menjadi Komandan Resimen Mahasiswa
(Menwa) Akademik Teknik Jendral Ahmad Yani, Bandung. “Di sini, kepanduan
namanya. Disiplin tidak harus berbentuk militerisasi, memberantas kekerasan
tanpa kekerasan. Tidak ada kekuatan tanpa disiplin, “kata Aa Gym seperti
dikutip harian Kompas(22/06/2000).Ternyata, kekuatan semacam itulah yang
membuat dirinya dan adik-adiknya memiliki rasa percaya diri, mampu hidup
prihatin, pantang menyerah, dan kental rasa kesetiakawanan.[4]
Nama asli Aa Gym
adalah Yan Gymnastiar. Pada tahun 1987 saat naik haji, Imam Masjidil Haram menambahkan
nama Abdullah. Aa Gym bertambah senang karena namanya lebih Islami katanya.[5]
Aa Gym menikah
dengan Ninih Muthmainnah Muhsin, cucu KH. Muhammad Tasdiqin, tepat dua belas
tahun Rabiul Awal tahun 1987. Pernikahannya dilaksanakan di pesantren Kalang
Sari, Cijulang, dihadiri banyak ulama karena berada di lingkungan pesantren.[6] Dari
pernikahannya, Aa Gym dikaruniai tujuh orang anak: yaitu Ghaida Tsyuraya,
Muhammad Ghazi al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa,
Ghefira Nur Fatimah, Ghaza Muhammad Ghazali, dan Gheriya Rahima. Selain itu Aa
Gym juga mempunyai 25 anak angkat yang menjadi anak asuh di keluarganya.
[1] Badiatul
Roziqin, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta:
e-Nusantara, 2009), Cet. 2, hal. 835
[2] Abdullah Gymnastiar, Aa Gym Apa Adanya, Sebuah
Qolbugrafi, (MQS
Publising, 2006) hal. 2-9
[3]
Ibid, hal 12
[4] Hernowo
& M. Deden Ridwan (ed), Aa Gym dan Fenomena
Daruut tauhid, (Bandung: Mizan Pustaka, 2004), cet. 8, hal. 20.
[5] Badiatul Roziqin, op. cit. Hal. 85
[6] Abdullah Gymnastiar,op. cit. hal. 38
[7] Badiatul Roziqin, op. cit. Hal. 12
Sumber
Roziqin, Badiatul. 2009. 101 Jejak Tokoh Islam
Indonesia.
Yogyakarta: e-Nusantara. Cet. 2.
Gymnastiar, Abdullah. 2006. Aa Gym
Apa Adanya, Sebuah Qolbugrafi. MQS
Publising, 2006.
Hernowo & M. Deden Ridwan (ed). 2004. Aa Gym dan
Fenomena Daruut tauhid. Bandung:
Mizan Pustaka. cet.
8.
Sholehuddin, Sugeng. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. Pekalongan: Janary Gama Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar