Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang
artinya sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir dan mengerti).Kecerdasan
spiritual merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang
hanya dimiliki oleh manusia.[1]
Kecerdasan mempunyai arti kesempurnaan
perkembangan akal budi.[2]Kecerdasan
juga disebut Intelegensi.Menurut David Wechslet Intelegensi
sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk untuk bertindak
dengan kemampuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi
lingkungannya secara efektif.Sedangkan Flynn mendefinisikan Intelegensi
sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari
pengalaman.[3]
Sebagaimana dikutip Linda Campbell.dkk,
Garner tidak memandang “kecerdasan” manusia berdasarkan skor tes standar
semata, namun Garner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut : kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kemampuan untuk
menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan
dalam budaya seseorang.[4]
Sedangkan “spiritual” berasal dari bahasa
inggis yaitu spirit yang berarti roh, jiwa atau semangat, atau arwah atau jin,
atau hantu, mambang, makhluk halus, atau bahkan brarti juga suasana.[5]
Selanjutnya
spiritual berarti pula segala sesuatu di luar tubuh fisik, termasuk pikiran,
perasaan, dan karakter seseorang.[6]
Danah Zohar (Harvard University) dan
Ian Marshall (Oxford University) mendefinisikan kecerdasan spiritual (Spiritual
Quotient) sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan-persoalan makna
atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lain.[7]
Toto Tasmara dalam bukunya yang berjudul “Kecerdasan
Ruhaniah” berpendapat bahwa kecerdasan spiritual merupakan potensi yang
dimiliki manusia sebagai spiritual being yang bersifat Universal dan tetap
menolak ada kaitanya dengan agama.Kecerdasan ini lebih mencerminkan pada makna
spiritual sebagai potensi yang khas di dalam jasad, tanpa menghasilkan yang
secara jelas dengan kekuasaan dan kekuatan Tuhan.Hal seperti itu merupakan
suatu pemikiran Barat, Sehingga Toto Tasmara membedakanya dengan istilah
kecerdasan ruhaniyah, yang diharapkan bisa menjembadani antara kecerdasan
spiritual dengan agama. Sehingga bisa melahirkan titik singgung dengan cara
mengisi potensi spiritual dengan agama.[8]
Kecerdasan, sebagaimana yang dinyatakan
oleh Ali Bin Abi Tholib adalah karunia tertinggi yang diberikan Tuhan kepada
manusia.Ia akan mencapai puncak aktualisasinya jika dipergunakan, sebagaimana
visi kecerdasan manusia yang ditetapkan Tuhan baginya. Karena itu ketika
manusia belajar meningkatkan kecerdasan yang didorong oleh hal-hal murni
manusiawi dan rasa ingin tahu sampai pada kebenaran yang berdasarkan akan
fitrah itu sendiri, maka kecerdasan akan aktual secara optimum dan murni.
Inilah yang kita sebut dengan kecerdasan spiritual.[9]
Jadi, kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan hati atau rohaniah seseorang dalam menata kehidupan dengan mengambil
keputusan secara tepat, cepat, dan akurat, menuju kebenaran hakiki yang
melandasi nilai-nilai agama.Dengan demikian kata kunci kecerdasan spiritual
adalah “kecerdasan hati” atau kecerdasan ruhaniah”. Seseorang yang dilandasi
“nilai-nilai religious”.
2.
Urgensi Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual bersumber dari fitrah
manusia itu sendiri, yang aktual jika manusia hidup berdasarkan visi dan misi
utamanya yakni sebagai a’bid (hamba) dan sekaligus kholifah Allah di bumi.[10]
Kecerdasan spiritual
diyakini sebagai kecerdasan yang paling utama dibanding dengan berbagai
kecerdasan yang lain. Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti
roh.Kata ini berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti napas.Roh bisa
diartikan sebagai energy kehidupan, yang membuat manusia dapat hidup, bernapas,
dan bergerak.Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik, termasuk
pikiran, perasaan, dan karakter kita.
Kecerdasan spiritual berarti kemampuan
seseorang untuk dapat mengenal dan memahami diri seseorang sepenuhnya sebagai
makhluk spiritual maupun bagian dari alam semesta. Denagn memiliki kecerdasan
spiritual berarti bisa memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang
kita jalani dan ke manakah kita akan pergi setelah wafat.[11]
Kecerdasan ini
adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri
yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik
kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang
dibatasi oleh kepentingan-kepentingan manusia dan sudah menjadi
terkavling-kavling sdemikian rupa.Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan
pencerahan jiwa.Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup
dengan member makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan
yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu ia mampu membangkitkan
jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.[12]
Orang yang cerdas spiritual, dalam
memecahkan persoalan hidupnya, tidak mengandalkan IQ dan EQ saja.Ia akan
menghubungkannya dengan kesadaran nilai yang lebih mulia. Orang yang cerdas
spiritual tidak pernah kehilangan pijakan kakinya di bumi realitas.Hal ini
ditunjukkannya dengan menebarkan kasih sayang pada sesama.
SQ menjadi landasan yang diperlukan untuk memfungsikan dan
mensinergikan IQ dan EQ secara integral, efektif dan menyeluruh. Melalui SQ,
pemikiran, perlakuan, dan perhidupan manusia diberi makna dan bermuatan makna
spiritual yang menyadarkan kita akan tujuan hidup dan pemaknaan hidup yang kita
jalani. Kecerdasan spiritual melintasi batas agama (religion). Meski demikian,
pemaknaan yang mendalam dan lurus terhadap agama yang dianut akan menjadi
landasan yang kuat bagi tumbuh dan perkembanganya suara hati dalam diri manusia.[13]
[1]
Abdul Rahman Saleh Muhib dan Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada
Media, 2004), hlm. 179.
[2]
M.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999), hlm. 201
[3]
Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), hlm. 7.
[4]
Linda Campbell, dkk, Multiple Intelligences : Metode Terbaru Melesatkan
Kecerdasan, (Depok: Inisiasi Press, 2002), hlm. 2.
[5]
John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989),
hlm, 546.
[6]Ririn
Sjafriani, Jangan Lupakan Kecerdasan Spiritual, (http://
www.Seputar-Indonesia.com), hlm. 3.
[7]
Kecerdasan Spiritual, http://orphalese.wordpress.com/2009/10/20/kecerdasan-spiritual-sq/.(20
Oktober 2009), Diakses, 6 Juni 2011
[8]
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm.
viii-xii.
[9]
Suharsono, Membelajarkan Anak dengan Cinta,(Depok: Inisiasi Press,
2003), hlm. 283.
[10]
Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Depok: Inisiasi Press, 2002), hlm. 51.
[11]
Kecerdasan Spiritual. Loc. Cit
[12]
Ubaidillah, AN, Selayang Pandang IQ, EQ, dan
SQ, (http://www.e-psikologi.com).hal.1.
[13]
Kecerdasan Spiritual, Loc, Cit
[14]
Taufik Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ : Antara Neurosain dan Al-Qur’an, (Bandung:
Mizan, 2003), hlm, 275
Tidak ada komentar:
Posting Komentar