Tujuan Pendidikan Akhlak
Pendidikan
akhlak merupakan upaya manusia mempertahankan hidupnya. Akhlaklah yang
membedakan manusia dari binatang. Kemajuan ilmu pengetahuan tanpa diimbangi
dengan akhlak tidak akan mampu mempertahankan manusia dari kepunahan. Semakin
tinggi ilmu pengetahuan, semakin tinggi pula peralatan dan teknik membinasakan
sesama manusia.
Dapat
disaksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa para pelaku kriminalitas dan
kejahatan ekonomi kelas kakap bukanlah orang-orang bodoh, melainkan orang-orang
pintar dan berpangkat tinggi. Bahkan tidak sedikit orang kaya, terpelajar, dan
berpangkat tidak mampu meringankan beban kesengsaaraan rakyat.
Padahal ilmu yang
dipahaminya menganjurkannya untuk menolong rakyat dari kesengsaraan dan penderitaan.
Sebaliknya, tidak sedikit orang yang tidak berilmu memiliki akhlak yang mulia.
Dengan segala kemampuan yang dimilikinya, mereka memberikan pertolongan kepada
orang lain yang hidup dalam kemiskinan dan penderitaan.
Tujuan
pendidikan akhlak pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan agama Islam yaitu
berbudi luhur. Secara umum tujuan pendidikan akhlak adalah agar tercipta
kehidupan masyarakat yang tertib, damai, harmonis, tolong
menolong, tentram, dan bahagia.[1]
Tujuan
pendidikan akhlak adalah membangun pribadi berakhlak pada anak, di mana
kesadaran itu muncul dari dalam dirinya sendiri. Nilai-nilai akhlak harus
meresap dan terserap pada diri sang anak. Hal ini tidak mungkin dilakukan hanya
dengan mengajar dan menghafal pelajaran akhlak seperti yang biasa dilakukan di
negeri kita.
Menurut
Athiyah Al Abrasy, tujuan pendidikan akhlak dalam islam ialah untuk membentuk
orang-orang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan,
mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna dan
beradab, ikhlas, jujur dan suci.[3]
Dr. Zakiyah
Darojat, tujuan pendidikan akhlak adalah penanaman akhlak tau sopan santun yang
pokok dalam agama, antara lain sopan santun kepada Allah dan Rasulnya, terhadap
orang tua dan guru, terhadap orang yang lebih tua, sesama kawan, penanaman rasa
kasih saying sesama manusia dan terhadap binatang, sifat-sifat benar dan adil.[4]
H. M.
Arifin jika berbicara tentang tujuan pendidikan akhlak berarti berbicara
tentang nilai-nilai ideal yang bercorak islam. Hal ini mengandung makna bahwa
tujuan pendidikan akhlak tidak lain adalah tujuan yang merealisasikan idealitas
islam, sedang idealitas islam itu sendiri pada hakikatnya adalah nilai perilaku
manusia yang didasari oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan
yang harus ditaati.[5]
Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak
adalah membentuk budi pekerti luhur, berkepribadian Islam, terpelihara hubungan
yang baik antara hubungan manusia dengan Allah dan Rasulnya, dengan sesama
manusia dan dengan makhluk yang lain, sehingga dapat tercapai kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Demikian cara Allah dan RasulNya untuk menjaga manusia
dari harkat dan martabat sebagai makhluk yang diciptakan Allah dengan
sebaik-baik bentuk, sebagaimana firmanNya :
لَقَدْ خَلَقْنَا اْلاِنْسَانَ فِى اَحْسَنِ تَقِوِيْمٍ
Artinya :
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.[6]
Tujuan Pendidikan Akhlak di Sekolah Dasar
Adapun
tujuan pendidikan akhlak di sekolah dasar sesuai dengan kurikulum
1994 adalah siswa memiliki pengetahuan dasar tentang kepribadian muslim, yaitu
:
a)
Siswa
suka berbakti terhadap ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari ketika sakit
dan setelah ibu/bapak meninggal.
b)
Siswa
suka bertutur kata sopan dan berbuat baik kepada guru.
c)
Siswa
suka bertutur kata baik dan sopan terhadap orang lain, keluarga, tetangga, dan
teman.
d)
Siswa
suka bersih dan kebersihan ( badan, pakaian, tempat tinggal, dan sekolah ).
e)
Siswa
suka mengucapkan kalimat thoyibah sesuai dengan penggunaannya (Hamdalah,
Istighfar, Talil, dan lain-lain ).
f)
Siswa
suka melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari dengan
lingkungannya.
g)
Siswa
senantiasa melaksanakan sifat-sifat terpuji (sabar, rajin, jujur, pemaaf,
dermawan, hemat, rendah hati, dan lain-lain ).
[1]
Drs. H. Abudin Nava, MA, Materi Pokok
Aqidah Akhlak, Dirjen Binbaga dan UT, 1996, hlm. 193.
[2]
Syekh Khalid bin Abdurrahman Al-‘Akk, Cara
Islam Mendidik Anak, (
[3] M.
Athiyah Al Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 103.
[4]
Dr. Zakiyah Darojat, Kurikulum Pendidikan
Agama
[5] H.
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Duma Aksara, 1996), hlm. 199.
[6]
Depag. RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,hlm.
1076.
[7]
Depdikbud, Pelaksanaan Pendidikan Agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar