Unsur-unsur Kecerdasan Spiritual
Agama
merupakan sistematisasi dari fungsi spiritual otak. Jadi seseorang yang
menganut sebuah agama itu artinya ia sedang mewujudkan dimensi spiritual dari
otaknya. Oleh karena itu optimalisasi peran otak spiritual dapat membuat
seseorang yang lahir secara lebih baik.Terdapat tiga komponen hidup yang lahir
dalam optimalisasi itu yaitu kejernihan berfikir rasional, kecakapan emosi,
ketenangan hidup.[1]
Menurut Toto
Tasmara dalam artikelnya “Cara Membangun Spiritual Quotient” yang dikutip oleh
Sulaiman mengemukakan bahwa yang disebut kecerdasan spiritual atau kecerdasan
rohani adalah taqwa.Dan salah satu indicator taqwa adalah orang yang
bertanggung jawab, memegang amanah dan penuh rasa cinta.[2]
Ari Ginanjar mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual
bersumber dari suara-suara hati yang ternyata suara-suara hati tersebut
merupakan sifat lahiriyah yang terekan dalam jiwa setiap manusia. Sifat-sifat
tersebut antara lain : dorongan ingin mulia, dorongan ingin belajar, dorongan
ingin bijaksana dan dorongan-dorongan lain yang bersumber dari Asmaul Khusna.[3]
Jadi orang
yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi berarti orang tersebut juga
memiliki kesehatan jiwa yang stabil.Dan Utsman Najati juga berpendapat bahwa
kesehatn jiwa sangat tergantung pada kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkuangan sekitarnya, mampu mengemban tanggung jawab kehidupan dan menghadapi
permasalahan hidup secara realistis.Kemampuan inilah yang menentukan tingkat
kebahagiaan dan kebermaknaan hidup.
Unsur-unsur kecerdasan spiritual menurut M. Utsman
Najati adalah sebagai berikut :
a. Hidup mandiri
b. Percaya diri
c. Bertanggung jawab dan Independent
d. Qonaah (merasa cukup dan penuh syukur)
e. Sabar
f. Bekerja dengan efektif dan tekun
Dengan demikian untuk memperoleh tingkat spiritual
quotient yang tinggi, maka seseorang terlebih dahulu harus menanamkan iman
dalam jiwanya sehingga hal itu dapat mendorong seseorang untuk memiliki
kepribadian yang baik.Oleh karena itu menurut Ridwan Lubis agama mempunyai
peran spiritual yang sangat penting bagi kehidupan manusia terutama dalam
menumbuhkan produktifitas seseorang.[4]Sehingga
dengan meningkatkan kualitas produktifitasnya, maka fungsi manusia sebagai
kholifah dapat terwujud dengan baik.
[1]Toto
Tasmara, Cara Membangun Spiritual Quotient, http://Sulaiman.blogdetik.com/2008/1007.
Diakses Jumat 28 Oktober 2011
[2]Ibid.
[3]
Ari Ginanjar, Op. Cit, hlm. 281.
[4]M.
Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Beragama, 2005), hlm. 61.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar